Create your own Animation/a>>Create your own AnimationPhotobucketToko Buku Online
bisnis gratisan
Peluang Anda Menuju Sukses
MENERIMA PENDAFTARAN LOKET PEMBAYARAN RESMI LISTRIK, TELKOM, PULSA, DLL (PPOB). Silahkan SMS NO. HP, NAMA DAN ALAMAT ANDA Sekarang!!! Buku Best Seler: 8 Etos Kerja Profesional (Jansen),Kepemimpinan Kepala Sekolah(Wahyudi),Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional(Mulyasa),Menjadi Guru Profesional(Mulyasa), Kemampuan Profesional Guru & Tenaga Kependidikan(Sagala), Profesionalisasi & Etika Profesi Guru(Danim), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif(Trianto), Model-Model Pembelajaran Mutakhir(Isjoni), Analisa Data Penelitian Menggunakan SPSS(Sarwono). Ingin pesan minimal 3 buku dgn judul yang berbeda

Sabtu, 21 Mei 2011

Untukmu Peserta Didikku

Banyak orang yang mengatakan hidup ini akan sangat menyenangkan jika tidak perlu pakai kerja. Semua dapat berjalan dan tersedia dengan sendirinya.
        Tentunya anda masih ingatkan, salah satu lirik lagu yang sangat inspiratif pada tahun 1990-an dari salah satu grup musik di tanah air kita yang menyatakan : “ Andai Aaaa, Aaaaa, Aaaaa. Nggak Usah Pakai Kerja.”Lagu tersebut sangat populer dan bahkan hingga kini masih disenangi oleh banyak remaja di tanah air.
        Filosofi hidup seperti lagu tersebut mungkin dianut oleh anak-anak yang memiliki orang tuanya yang berkecukupan dari segi material dan bersifat memanjakannya. Sang orang tua memanjakan anaknya dengan memenuhi segala kebutuhan hidup si anak, dan si anak menikmati dan mengapresiasikan bahwa hidup seperti itu. Anak seperti itu tidak memahami bagaiman susahnya mencari uang dan pekerjaan.
        Hakekatnya sebenarnya dari lirik lagu tersebut adalah segala sesuatu di dunia ini harus diraih dengan kerja keras. Hidup tanpa kerja adalah suatu pengandaian” .
       L.Ron Hubbard, dalam bukunya yang berjudul “The Problems of Work” menyatakan sebagai berikut:
§  “Anak orang kaya raya atau seorang janda kaya yang mendapat warisan, kedua-duanya sama-sama tidak perlu kerja. Tapi keadaan demikian itu tidak bisa dianggap baik.  Kalau kita ingin melihat orang-orang  yang menderita  sakit syaraf atau orang-orang yang tolol dalam masyarakat kita, temuilah orang-orang yang tidak bekerja atau tidak bisa bekerja. Kalau kita selidiki latar belakang kehidupan seorang penjahat, maka akan kita temukan faktor “ketidak mampuan untuk bekerja”.
§  Hidup tanpa kerja, bukanlah hidup yang sebenarnya. Tidak ada satupun mahluk Tuhan di planet bumi ini yang menjalani kehidupan tanpa kerja. Anda mungkin pernah membaca cerita kisah mitologi Yunani, tentang Raja Midas yang meminta kepada dewa Zeus agar segala yang disentuhnya berubah menjadi Emas, agar ia menjadi raja yang kaya raya.
Inilah Kisahnya:
“Raja Midas ingin kaya raya secara cepat, tanpa harus bersusah paya dan tanpa bekerja keras. Keinginan raja Midas itu terpenuhi, dan pada gilirannya, apa saja yang disentuhnya berubah menjadi emas, mulai dari pakaian, makanan, sampai isteri dan anaknya yang memeluknya semuanya berubah menjadi emas. Akhirnya kisah raja Midas sangat tragis dan sangat memilukan. Nafsu memiliki harta kekayaan tanpa bekerja membuat dirinya tidak dapat makan, minum, dan tidak dapat merasakan kehnagatan cinta kasih anak dan isterinya. Keinginan memiliki harta tanpa kerja telah membawa cucuran air mata kepedihan dan kekecvewaan, karena segala sesuatu berubah menjadi emas, buka kenikmatan, kelezatan dan kesejahteraan yang ia peroleh melainkan kesengsaraan dan penderitaan yang dialaminya.

§  Sebagai pelajar, bekerja merupakan sarana mengamalkan ilmu pengetahuan yang kita telah pelajari di bangku sekolah. Bekerja merupakan aplikasi, implementasi ataupun aktualisasi dari konsep, teori ataupun semangat ilmu pengetahuan. Albert Einstein mengatakan bahwa yang namanya Jenius itu 99 % keringat dan yang 1 % inspirasi.
§  Kerja dalah sarana untuk menunjukkan arti kehadiran. Sarana untuk memperlihatkan kemampuan. Bahkan dalam agama, kerja dipandang sebagai sarana untuk menunjukkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak bekerja ? Tentu, kehadiran mereka tidak diapresiasi secara baik. Kemampuan mereka tidak diketahui orang. Bahkan kualitas keimanan dan ketaqwaan merekapun dipertanyakan.
§  Rasulullah Muhammad SAW, bersabda bahwa “ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon yang tidak berbuah”. Lalu apa artinya keletihan dan waktu yang terbuang untuk menanam dan memilihara pohon tersebut , jika pada saat yang diinginkan untuk panen ternyata pohon tersebut tidak menghasilkan buahnya ??.. Tentu sang petani akan kecewa. Demikian pula halnya, Para peserta didik yang telah membuang biaya yang banyak dan waktu yang cukup lama dari TK/RA,SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA/SMK bahkan sampai ke Perguruan Tinggi nanti, ternyata pada saat yang diinginkan untuk bekerja peserta didikku tidak mendapatkan kesempatan atau tidak mau bekerja atau menekuni profesinya.
§   Ingat tujuan akhir dari proses studi Anda adalah memiliki profesi atau pekerjaan yang akan menopang kesehteraan hidup anda secara layak. Meskipun rumusan seperti itu tidak disetujui oleh sebagai orang, karena dianggap terlalu pragmatis dan sederhana, tetapi kenyataan hidup menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki pekerjaan dan karir akan menghadapi banyak masalah dalam kehidupannya. Sebaliknya orang yang memiliki pekerjaan dan menjalani karir tertentu, hidupnya lebih dinamis dan teratur dari pada orang yang tidak memilikinya.
Demikian tulisan ini, untuk aku persembahkan kepada peserta didikku khususnya siswa/i Madrasah Aliyah Yaspib Bitung semoga dapat memotivasi anda untuk lebih banyak berbuat untuk menyongsong masa depanmu yang lebih baik dan terarah.

Rabu, 11 Mei 2011

Kemampuan Menganalisa dalam Pembelajaran


Kemampuan Menganalisis dalam Pembelajaran
Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
Kemampuan menganalisis merupakan salah satu kemampuan kognitif tingkat tinggi  yang penting untuk   dikuasai siswa dalam pembelajaran. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :
1. Menganalisis unsur:
  • Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit pada suatu pernyataan
  • Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.
  • Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.
  • Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan mekanisme perilaku antara individu dan kelompok.
  • Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang mendukungnya.
2. Menganalisis hubungan:
  • Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide dengan ide.
  • Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan suatu pernyataan.
  • Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang mendukungnya.
  • Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada.
  • Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang tidak.
  • Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu argumen.
  • Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.
3. Menganalisis prinsip-prinsip organisasi:
  • Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat
  • Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka memahami maknanya.
  • Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis, sudut pandang atau ciri berfikirnya dan perasaan yang dapat diperoleh dalam karyanya.
  • Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam meyusun suatu materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda.
Terkait dengan perumusan tujuan pembelajaran, di bawah ini disajikan tabel beberapaKata Kerja Operasional, yang berhubungan dengan pencapaian kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran.
Menganalisis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Merinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalkan
Memerintahkan

Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer

Sabtu, 07 Mei 2011

Belajar Untuk Memahami


Pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku telah menjadi rujukan penting dalam pembelajaran, terutama berkaitan dengan tujuan dan hasil belajar siswa. Salah satu bentuk hasil belajar dalam ranah kognitif adalah diperolehnya kemampuan untuk dapat memahami sesuatu.
Memahami atau dapat juga disebut dengan istilah mengerti merupakan kemampuan mental intelektual untuk mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada.
Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam memahami ini meliputi :
§  Kemampuan Translasi yaitu kemampuan mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan atau grafik;
§  Kemampuan Interpretasi yaitu kemampuan menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat dikatakan telah mengerti konsep tentang “motivasi kerja” dan dia telah dapat membedakannya dengan konsep tentang ”motivasi belajar”; dan
§  Kemampuan Ekstrapolasi; yaitu kemampuan melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima, maka kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
Berkaitan dengan kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, dalam rangka pencapaian kemampuan memahami, terdapat beberapa Kata Kerja Operasional yang bisa digunakan, di antaranya seperti tampak dalam tabel berikut ini:


Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahankan
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan

Agar tujuan-tujuan tersebut bisa tercapai dan siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik, tampaknya kita bisa mengikuti anjuran dari kelompok konstruktivis, yaitu dengan menerapkan beberapa konsep pembelajaran mutakhir. Dari segi materi, penerapan konsep pembelajaran kontekstual tampaknya bisa menjadi alternatif. Siswa dibelajarkan materi pelajaran yang bermakna dan problematis, dikaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Sementara dari strategi, penerapan konsep pembelajaran aktif tampaknya bisa dijadikan sebuah pilihan. Siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk aktif secara sosio-psiko-fisik dalam mengkonstruksi pemahamannya.
Semoga bermanfaat !!!